Rabu, Agustus 13, 2008

Saatnya Bobotoh Mendukung Persib dengan Hati

“TIM Maung Bandung” akhirnya bisa bernapas lega. Kepolisian Daerah Jawa Barat mengizinkan penyelenggaraan pertandingan Persib Bandung melawan Persitara Jakarta Utara, Sabtu (16/8) mendatang, di Stadion Siliwangi. Pertandingan yang akan dimulai pukul 15.30 WIB itu bakal digelar tanpa penonton.

Izin itu sendiri diperoleh dengan susah-payah. Konon, Manajemen Persib mengurusnya sejak dua pekan lalu dengan mengajukan surat permohonan. Mereka juga bertemu langsung dengan Kapolda Jabar Inspektur Jenderal (Pol) Susno Duadji. Padahal, biasanya, permohonan izin “cukup” diajukan oleh panitia pelaksana pertandingan.

Seperti diungkapkan Ketua Harian Persib Bandung, Edi Siswadi, masalah perizinan ini memang dilematis. Sebagai pengurus teras Persib, ia khawatir “Tim Maung Bandung” terkena sanksi lebih berat dari Badan Liga Sepak Bola Indonesia (BLI) jika gagal menggelar laga lawan Persitara. Di sisi lain, ia mendukung ketegasan Polda terkait aksi anarkis bobotoh saat Persib menjamu Persija, bulan lalu.

Namun demikian, pada akhirnya Edi yang saat ini menjadi pejabat sementara wali kota Bandung itu tetap mensyukuri terbitnya izin dari Polda Jabar. Meski tanpa penonton, ia beranggapan tampil di Bandung tetap lebih menguntungkan bagi stamina dan psikologi pemain dibanding jika harus bermain di luar kota.

Edi tak lupa mengingatkan, pertandingan ini merupakan uji coba bagi bobotoh. ”Kalau terjadi kerusuhan lagi, bisa-bisa Persib tak akan diizinkan bertanding di Bandung hingga akhir kompetisi,” ia menegaskan. “Sekalipun tanpa penonton, bobotoh bisa saja rusuh di luar stadion.”


***

BENAR kata Edi, izin dari Polda Jabar memang lebih pas disebut sebagai ujian bagi para pendukung fanatik Persib yang biasa disebut bobotoh. Bahkan mungkin bisa disebut juga sebagai “remedial” –kesempatan belajar dan mengikuti ujian ulang bagi siswa yang nilainya kurang.

Sepintas, remedial terkesan lebih mudah dibanding ujian terdahulu. Tapi, sesungguhnya, bisa jadi lebih berat. Maklum, secara psikologis ada tekanan lebih besar untuk membuktikan diri bisa lebih baik. Dan kegagalan dalam remedial bisa membawa akibat yang lebih serius dibanding ujian biasa. Inilah aspek psikologis yang perlu dipahami betul oleh pemain, pengurus, dan seluruh konstituen Persib menyongsong laga lawan Persitara.

Begitu tegangnya suasana batin para pengurus teras Persib sampai-sampai mereka cenderung bersikap ekstrem. Untuk menonton di Siliwangi sudah jelas mustahil. Bahkan untuk sekadar datang ke Siliwangi pun mereka akan “ditolak” oleh para pengurus Persib. Apa kata dunia –suporter ditolak oleh timnya sendiri?

Oke, kehadiran bobotoh di Siliwangi memang tidak tepat dalam suasana sekarang ini. Nonton melalui siaran langsung Anteve mungkin lebih pas. Sekaligus bisa jadi pemuas kerinduan bobotoh terhadap aksi-aksi para idolanya.

Namun pengurus Persib ternyata juga dihinggapi ketakutan berlebihan terhadap urusan nonton bareng ini. Buktinya, seperti dikutip Harian Galamedia, Edi mengimbau bobotoh agar mereka tidak melakukannya di tempat terbuka. Karena, menurutnya, jika dilaksanakan di tempat terbuka, bisa mengundang kerawanan yang lain.

Pada suatu masa nanti, kita semua mungkin akan tertawa geli membaca kembali kisah ini. Nonton bareng saja kok diatur-atur! Memangnya bisa diatur-atur?

Tapi semua itu memang demi kebaikan Persib sendiri. Kepada para pendukung Persib, saya malah punya imbauan yang lebih ekstrem. Ini saatnya mendukung Persib dengan hati dan dalam hati saja! (Dukungan dari dalam hati justru lebih murni dan bebas dari ancaman sanksi BLI maupun Komdis PSSI) *

Tidak ada komentar: