Rabu, Agustus 20, 2008

Lin Dan, Penguasa Tunggal Putra

MENYAKSIKAN final tunggal putra Kejuaraan Bulu Tangkis All England 2006 sungguh membuat kita miris. Terlihat jelas betapa dominannya Lin Dan menguasai nomor paling bergengsi di cabang olahraga bulu tangkis ini. Padahal, usianya kini baru 22 tahun –tak beda jauh dengan bintang Indonesia, Sony Dwi Kuncoro, yang tersingkir di putaran pertama.

Lihat saja bagaimana ia menaklukkan Lee Hyun Il pada final yang digelar di National Indoor Arena, Birmingham, Minggu malam (22/1) lalu. Lin Dan seolah tak punya rasa takut atau gentar sedikit pun menghadapi permainan ulet Hyun Il yang terkenal sulit ditembus.

Padahal, Lin Dan tidak tampil dalam kondisi terbaiknya malam itu. Pemain yang punya julukan “Super Dan” itu memaksakan diri tampil dalam keadaan kurang fit. Bahkan, pada set kedua saat memimpin 8-5, lutut kirinya terasa nyeri akibat salah jatuh setelah melepaskan smes sambil loncat. Toh, semua itu bukan halangan baginya untuk merebut gelar juara tunggal putra. Hanya dalam 50 menit, ia membungkam bintang asal Korea Selatan itu dengan 15-7, 15-7.

Usai pertandingan, tak banyak yang bisa diungkapkan Hyun Il tentang kekalahannya. Secara terus-terang, ia mengakui dirinya tak mampu mengimbangi standar permainan yang dikembangkan lawannya. Bahkan, katanya, “Meskipun sedang cedera, permainan Lin Dan masih sangat bertenaga dan tak terbendung.”

Keberhasilan kali ini membuat Lin Dan sukses merebut kembali gelar yang direbutnya pertama kali pada 2004. Ini sekaligus ketiga kalinya berturut-turut pemuda yang gemar memberi hormat ala tentara itu lolos ke partai puncak All England.

Benar, Lin Dan gagal di Olimpiade Athena 2004 yang dijuarai Taufik Hidayat. Benar, ia juga tak mampu merebut gelar prestisius tunggal putra Kejuaraan Dunia 2005. Tapi, tiga tahun terakhir ini, posisi sebagai pemain nomor satu IBF tak lepas dari tangannya.

Ia pun terus memenangkan berbagai kejuaraan penting. Sebelum All England 2006, ia lebih dulu menjuarai Piala Dunia 2005 yang digelar akhir tahun lalu di negerinya dengan mengalahkan Boonsak Ponsana 21-13, 21-11 di final. Daftar kemenangannya tahun lalu masih harus ditambah dengan sukses di Jerman, Hongkong, Jepang Terbuka, dan China Masters. Plus jadi finalis di Malaysia Terbuka, All England, dan Kejuaraan Dunia.

***

KOMENTAR Hyun Il tentang permainan Lin Dan merupakan pengakuan jujur akan kehebatan pemain nomor satu dunia itu. Pengakuan yang tak cuma meluncur dari mulut Hyun Il, tapi juga semua lawan yang disingkirkan Lin Dan di All England 2006.

Simak saja komentar Lee Chong Wei yang hampir bisa mengalahkannya di semifinal. “Sulit sekali mengembangkan permainan saat menghadapi Lin Dan,” kata pemain andalan Malaysia yang kalah 9-15, 15-10, 14-17 itu. “Terakhir kali kalah lawan dia, saya menyerah terlalu mudah. Jadi, saya tetap senang karena kali ini bisa memberi perlawanan sengit.”

Jika Hyun Il dan Chong Wei saja mengakui betapa sulitnya meladeni permainan Lin Dan, bisa dibayangkan kesulitan yang harus dihadapi para pemain tunggal lainnya. Sebab, saat ini, Hyun Il dan Chong Wei justru paling berpotensi menghentikan keperkasaan Lin Dan.

Hyun Il belakangan memang sangat menanjak prestasinya dan jadi ujung tombak Korea Selatan di berbagai kejuaraan besar. Lolos ke final All England 2006 adalah prestasi tertinggi dalam kariernya –melebihi keberhasilan masuk final Asia Games 2002 dan kalah 7-15, 9-15 dari Taufik.

Chong Wei juga termasuk “meteor baru” di percaturan tunggal putra dunia. Bintang asal Malaysia itu kini sudah melewati seniornya, Mohammad Hafiz Hashim dan Wong Choong Hann. Bahkan sudah jauh meninggalkan pemain seangkatannya, seperti Kuan Beng Hong, Lee Tsuen Seng, Yeoh Kay Bin, Sairul Amar Ayob, dan Pei Wei Chung.

Talenta besar Chong Wei ditunjukkannya saat menjuarai kejuaraan Swiss Terbuka, awal bulan ini. Ia hanya butuh 35 menit untuk menaklukkan mantan juara dunia asal Cina, Xia Xuanze, dengan skor 15-8, 15-0. Bahkan Chong Wei juga pernah mengalahkan Lin Dan di final Malaysia Terbuka 2005 dengan skor ketat 17-15, 9-15, dan 15-9.

Dengan modal teknik bagus, permainan cepat, dan kemampuan bermain menyerang, tak terlalu mengherankan jika Chong Wei telah menaklukkan hampir semua pemain terkuat dunia saat ini. Termasuk Taufik yang dikalahkannya pada perempat final Malaysia Terbuka 2005, Juli tahun lalu.

Chong Wei juga sudah lebih dulu mengalahkan Peter Gade pada kejuaraan Singapura Terbuka 2004. Saat itu, sebagai pemain urutan ke-17 IBF, ia sanggup menumbangkan Gade yang masih menduduki peringkat kedua dunia dengan 15-5, 15-13 pada babak kuarter final.

Yang paling spektakuler saat ia mempertahankan gelarnya di Malaysia Terbuka 2005. Sebelum menumbangkan Lin Dan di final, ia lebih dulu membungkam Bao Chunlai di semifinal dan Taufik di perempat final.

Toh, pada kejuaraan yang “lebih serius” seperti All England ini, terbukti Chong Wei –juara Denmark Terbuka 2005— belum mampu menghentikan laju kemenangan Lin Dan. Lalu, siapa kiranya yang bisa menghentikan dominasi Lin Dan di percaturan tunggal putra dunia?

***

BELAKANGAN ini, publik bulu tangkis dunia mulai mengelu-elukan nama Chen Jin sebagai calon bintang baru. Potensi anak muda berumur 20 tahun itu terlihat saat menjuarai Jerman Terbuka pada pertengahan Januari lalu. Di final, ia mengalahkan seniornya yang dua kali juara All England, Chen Hong, dengan skor 15-3, 15-7.

Di All England 2006, penampilan Chen Jin juga tak mengecewakan. Ia mampu menembus perempat final sebelum dikalahkan Peter Gade 6-15, 13-15. Jauh lebih lumayan dibanding Sony.

Tapi, saya kira, Chen Jin bukanlah tandingan Lin Dan. Secara teknis, ia tak memiliki kecepatan dan kelincahan untuk mengimbangi permainan menyerang ala Lin Dan. Kualitas pertahanannya pun tak cukup solid untuk membendung smes-smes menghunjam yang jadi andalan Lin Dan.

Suatu saat, mungkin, Chen Jin bisa jadi pemain nomor satu dunia. Tapi tidak saat ini. Setidaknya, bukan pada saat Lin Dan sedang menikmati masa jayanya sekarang ini.

Satu-satunya pemain masa kini yang paling mungkin mematahkan dominasi Lin Dan justru Taufik. Ya, dialah bintang bulu tangkis asal Pangalengan yang kini sedang sibuk mempersiapkan diri untuk naik pelaminan.

Taufik sudah beberapa kali membuktikan dirinya sebagai “jawaban” atas permainan speed and powerfull game ala Lin Dan. Salah satunya ketika mereka bertemu di final Kejuaraan Dunia tahun lalu. Di luar dugaan, Lin Dan ternyata kalah mudah, 3-15 dan 7-15. Kekalahan itu membuatnya begitu “mendendam” terhadap Taufik.

Menghadapi pemain dengan gaya main dan kemampuan seperti Lin Dan memang tak mudah. Sebelum bicara soal teknis, pertama-tama sang lawan harus punya kekuatan mental. Tanpa kekuatan mental dan rasa percaya diri yang tinggi, lawan niscaya langsung ciut saat menghadapi smes Lin Dan yang bertubi-tubi dan sangat bertenaga.

Taufik termasuk satu dari sedikit pemain yang mentalnya sangat kuat. Makanya, ia tak pernah terlihat gentar saat bertemu Lin Dan. Sebaliknya, ia terlihat sangat yakin bisa meredam senjata andalan lawannya itu. Makanya, saat smes-smesnya terbukti bisa dimentahkan, gantian Lin Dan yang kehilangan kepercayaan diri.

Tentu saja, dibutuhkan pula dukungan kesempurnaan teknik, pertahanan rapat, dan stamina luar biasa untuk meredam keperkasaan Lin Dan. Deretan persyaratan itu sangat berat tapi semuanya bisa dipenuhi Taufik.

Sayangnya, keistimewaan Taufik tak dibarengi ketekunan, kedisiplinan, dan ambisi yang sepadan. Taufik terlalu pilih-pilih turnamen dan acapkali kurang serius mempersiapkan diri jika yang dihadapi hanya kejuaraan “kelas dua” –menurut kriterianya sendiri.

Itulah sebabnya posisi Taufik di daftar peringkat IBF –kini di urutan ke-10— tak pernah bisa mendekati Lin Dan. Itu pula sebabnya Lin Dan bisa terus mendominasi peta persaingan tunggal putra dunia, seolah tanpa rival yang sepadan. ***

(Tulisan ini pernah dimuat di TopSkor, edisi 25 Januari 2006)

Tidak ada komentar: