Senin, Agustus 11, 2008

Kegagalan Taufik Sudah Bisa Ditebak

NASIB tragis dialami pebulu tangkis tunggal putra Indonesia, Taufik Hidayat. Hari ini, ia gagal mempertahankan medali emas tunggal putra di Olimpiade Beijing 2008. Taufik disingkirkan pemain veteran Malaysia, Wong Choong Hann, dengan dua set langsung 19-21 dan 16-21.

Kegagalan ini tentu menyedihkan. Sebab Taufik satu-satunya peraih medali emas di Olimpiade Athena 2004 lalu. Selain itu, ia juga masih diunggulkan di posisi ketujuh dalam olimpiade kali ini. Tapi, baru memasuki putaran kedua, harapan itu langsung terkubur.

Sedih sudah tentu, namun sejujurnya kegagalan Taufik telah diperkirakan banyak orang. Maklum, belakangan ini prestasinya memang terus merosot. Persiapannya ke Beijing pun bisa dibilang berantakan.

Bayangkan, 23 Juli lalu, Taufik masih menjalani perawatan di rumah sakit Pondok Indah. Saat itu, ia diduga mengalami gejala demam berdarah dengue. Toh, ia tetap nekat memaksakan diri tampil di Beijing.

Hasilnya? Lapangan badminton Beijing University of Technology Gymnasium jadi saksi bisu sisa-sisa kejayaan Taufik yang nyaris tak berbekas. Setelah kalah di set pertama 19-21, ia tetap tak mampu memulihkan kondisinya. Dari posisi tertinggal 8-12, Taufik sempat mengejar jadi 13-12. Namun Choong Hann membalikkan keadaan jadi 15-13, 18-14, dan akhirnya 21-16.

Kegagalan ini bukan kesalahan Taufik. Adalah PB PBSI dan Komite Olimpiade Indonesia yang terlalu gegabah memaksakan diri tetap menerjunkan Taufik. Boleh jadi, mereka berharap ia bisa bikin kejutan dengan mengeluarkan seluruh sisa kehebatan pada olimpiade terakhirnya ini.

Tapi, bagi saya, harapan itu palsu belaka. Sebab, dalam era bulu tangkis modern ini, nyaris tak ada lagi kejutan itu. “Hukumnya” sudah sangat jelas: siapa paling siap, dialah yang terbaik. Hampir mustahil mengharapkan seorang pemain yang sama sekali tak diunggulkan atau datang dengan persiapan ala kadarnya tiba-tiba menguasai turnamen sekelas olimpiade atau kejuaraan dunia.

Coba saja simak, siapa penghuni posisi pertama peringkat BWF dalam empat tahun terakhir? Jawabannya: Lin Dan. Coba lihat juga siapa-siapa saja pemenang kejuaraan besar dalam dua tahun terakhir. Tak akan jauh dari nama Lin Dan, Lee Chong Wei, Bao Chunlai, atau mungkin Lee Hyun Il –para penguasa peringkat BWF.

Mereka adalah para pemain tunggal putra terbaik dunia sekarang ini. Dan mereka secara tekun dan konsisten terus menjaga kondisinya agar selalu siap menghadapi berbagai kejuaraan. Sangat berbeda dengan Taufik yang belakangan ini terlalu disibukkan oleh aneka persoalan di luar lapangan bulu tangkis.

Empat tahun lalu, Taufik memang berjaya di Athena –meskipun tidak diunggulkan. Tapi, saat itu, ia datang dengan persiapan jauh lebih matang dibanding sekarang. Bahkan kondisi fisik dan staminanya pun jauh lebih baik. Saat itu, boleh jadi pula, Taufik punya motivasi khusus karena belum pernah merasakan kemewahan jadi peraih medali emas olimpiade.

Taufik memang masih termasuk salah satu pemain dengan teknik permainan paling lengkap saat ini. Tapi itu saja tak akan cukup untuk membuatnya jadi yang terbaik. Permainan bulu tangkis modern juga menuntut kedisiplinan dan kesiapan secara fisik maupun mental. Itulah yang sekarang tak ada lagi dalam diri Taufik. *

1 komentar:

Unknown mengatakan...

sebenarnya ada apa dengan olah raga di negri ini, apakah gara2 pengurus olahraga atau kurangnya bakat2 yang ada di negrikita ini, patutu di pertanyakan, sekarnag kita tak bisa membanggakan, apa2 lagi buat negri kita ini, karena semua itu hanya tinggal sejarah, yang tak kunjung bisa di tingakatkan, tapi sebagai warga negara indonesia yang cinta terhadap negri ini aku terus berharap kelak indonesia akan menemukan kejayaanya kembali, salam kenal aja dari blogger pemula, mapir ke blog http://milanistaindonesia.blogspot.com