Senin, Maret 30, 2009

Mandiri, Tantangan Baru Taufik Hidayat

KABAR menggembirakan datang dari turnamen bulu tangkis India Terbuka di Hyderabad yang berakhir Minggu (29/3) lalu. Setelah “paceklik” di tiga turnamen, akhirnya pemain Indonesia bisa membawa pulang gelar juara. Bahkan, mereka mampu menguasai dua nomor sekaligus di final, yakni tunggal putra dan ganda campuran.

Namun, tentu saja, yang paling menarik adalah keberhasilan Taufik “Golden Boy” Hidayat menjuarai nomor tunggal putra dengan mengalahkan Muhammad Hafiz Hashim 21-18, 21-19. Tak hanya memberi gelar pertama bagi Indonesia pada tahun 2009, putra Pangalengan, Bandung, itu juga menemukan kembali sentuhan juaranya.

Betapa tidak, selama dua tahun terakhir, nama Taufik seolah akrab dengan kekalahan dan penampilan mengecewakan di berbagai turnamen yang diikutinya. Uniknya, setiap kali harus menjalani rubber game, ia sering sekali kalah. Sebuah gambaran nyata betapa buruknya stamina dan kondisi Taufik sebagai pemain elite dunia.

Seingat saya, terakhir kali Taufik naik podium sebagai kampiun pada turnamen di Makao yang berkategori Grand Prix Gold, awal Oktober 2008 lalu. Sebelum itu, ia mencicipi gelar juaranya di Kejuaraan Asia di Johor Baru, Malaysia, April 2007.

Praktis, sejak era Super Series dimulai, Taufik belum sekalipun merasakan nikmatnya gelar juara. Prestasi tertingginya hanya mencapai final Prancis Super Series 2008 dan Jepang Super Series 2007. Plus jadi semifinalis All England Super Series 2009, Hongkong Super Series 2008, dan Indonesia Super Series 2007.

Makanya, secara pribadi, saya sama sekali tidak terkejut ketika Taufik akhirnya keluar dari Pelatnas Cipayung pada akhir Januari lalu. Meski berat dan menyedihkan, menurut saya, itulah jalan keluar terbaik bagi semuanya –terutama Taufik sendiri.

Sejak dulu, saya selalu beranggapan bahwa Taufik adalah pebulu tangkis tunggal putra terbaik yang kita miliki dalam satu dekade terakhir. Bahkan, dari segi bakat dan kualitas teknis, ia mungkin yang terbaik bersama Rudy Hartono dan Liem Swie King.

Di tengah keterpurukan yang dialami Taufik tiga tahun terakhir usai Kejuaraan Dunia 2005, pendapat saya tak pernah berubah. Saya tetap melihatnya sebagai pemain terbaik kita. Kualitas Taufik jauh di atas Sony Dwi Kuncoro, Simon Santoso, dan semua pemain lain yang segenerasi.

Hanya saja, terbaik bukan berarti selalu nomor satu. Bakat dan kehebatan Taufik tak serta-merta membuatnya jadi pemain nomor satu dunia. Dalam peringkat BWF sekarang ini pun Taufik hanya di posisi ketujuh –masih di bawah Sony, keenam.

Itulah pangkal soalnya. Taufik seperti kurang melihat –bahkan terkesan tak peduli— peringkat BWF itu sebagai tantangan. Ia hanya terobsesi terhadap turnamen-turnamen tertentu yang memang ingin dia menangkan, semacam Olimpiade, Kejuaraan Dunia, atau All England.

Akibatnya, Taufik tak pernah benar-benar bisa menyaingi Lee Chong Wei dan Lin Dan yang bergantian merajai peringkat BWF. Pamor Indonesia sebagai jawara tunggal putra dunia pun memudar. Wajar jika kemudian PB PBSI tak lagi ngotot mempertahankan Taufik –meski baru berusia 27 tahun— di Cipayung.

Namun, saya optimistis, berada di luar Cipayung justru akan membangkitkan kembali keperkasaan Taufik. Sebab ia mendapatkan tantangan baru yang dibutuhkannya untuk kembali ke jalur juara. Tantangan untuk berkarier secara mandiri, bersikap lebih profesional, dan memperhitungkan segala sesuatunya lebih matang.

Bagi Taufik, kini tak ada lagi istilah berangkat ke sebuah turnamen hanya memenuhi tugas, apalagi sekadar jalan-jalan. Semuanya harus terukur sebab semua biaya kini dia tanggung sendiri. Konon, Taufik butuh Rp 1,3 miliar/tahun untuk biaya latihan dan mengikuti 12 turnamen sepanjang 2009.

Taufik, saya yakin betul, akan bisa menghadapi tantangan itu. Dengan segala pesona dan nilai jualnya, tak sulit menutup angka Rp 1,3 miliar. Apalagi ia juga akan segera memetik hasilnya lewat gelar-gelar juara, seperti sudah dibuktikannya di India Terbuka.

Kadang-kadang, seorang “anak nakal” memang harus cepat “disapih” agar lebih mandiri. Saya yakin, dengan kemandirian yang kini dijalaninya, kita juga akan melihat kembali Taufik dengan sederet kemenangannya. ***