Jumat, Agustus 15, 2008

Ketika Angka Delapan Jadi Sempurna

MELIHAT pesta pembukaan Olimpiade Beijing, Sabtu (9/8) lalu, sulit untuk tidak merasa kagum. Acaranya begitu meriah, semarak, dan kolosal dengan pesta kembang api yang sangat spektakuler sebagai puncaknya.

“Sebuah (angka) delapan menjadi 10 yang sempurna,” koran Sydney Morning Herald yang terbit di Australia memberikan pujian. “Dunia mungkin tak akan pernah lagi menyaksikan sebuah upacara dengan gema dan kreativitas seperti ini.”

Koran terbitan London yang sangat berpengaruh di Inggris, Evening Standard News, menyebut upacara tersebut “Keajaiban Cina” di halaman mukanya. Mereka menilai bahwa ini akan menjadi olimpiade paling ambisius dalam sejarah olahraga yang dibuka dengan pertunjukan paling spektakuler.

Pujian dari Italia tak kalah hiperbolis. “Menakjubkan. Terlalu menakjubkan,” jurnalis Leonardo Coen memberikan sanjungan dalam situs harian yang berbasis di Roma, La Republicca.

Bisa dikatakan bahwa Olimpiade Beijing, melalui upacara pembukaannya saja, sudah berhasil mengikis citra negatif yang sempat mengganggu Cina. Bukan lagi masalah hak asasi manusia, intimidari terhadap kebebasan pers, atau pemerintahannya yang otokratis yang jadi perhatian dunia.

Hari itu, dunia melihat Cina secara berbeda. Seperti dengan pas diungkapkan oleh media Jerman, Frankfurter Allgemeine Zeitung: “Ini bukan buah kekejaman rezim yang diktator, melainkan sebuah pencapaian yang diraih dengan upaya tak terbatas dari sebuah negeri yang diorganisasi secara ketat”.

***
SULIT membayangkan bahwa olimpiade ini dibuka hanya tiga bulan setelah gempa besar di Provinsi Sichuan yang merenggut lebih dari 70 ribu jiwa. Sebuah bencana dahsyat yang memaksa mata dunia saat itu sepenuhnya tertuju kepada Cina.

Bahkan, hanya beberapa hari sebelum tanggal keramat “08-08-08” saat olimpiade dibuka, Cina masih juga diusik persoalan gempa. Dalam skala yang lebih kecil, gempa kembali mengguncang Sichuan dan sekitarnya.

Saat gempa besar itu melanda, dunia sempat khawatir Cina tak akan punya cukup energi untuk meneruskan pesta olahraga sejagat itu. Kalaupun olimpiade itu tetap digelar di “Negeri Tirai Bambu”, publik dunia sangat bisa memahami jika segala sesuatunya berjalan secara bersahaja.

Namun, Sabtu lalu, tak tampak lagi sisa-sisa duka akibat gempa besar itu. Yang tampak hanya kegairahan dan semangat luar biasa dari rakyat Cina untuk menjadikan olimpiade kali ini yang termegah dalam sejarah.

Pembukaan olimpiade kali ini membawa pesan lebih dari sekadar pembukaan pesta olahraga dunia. Ini sebuah isyarat tentang bangkitnya Cina, sebuah negara dengan tradisi peradaban yang panjang untuk menjadi negara terkemuka di jagat ini.

***

DARI pembukaan yang dahsyat itu, pelajaran paling penting yang bisa kita petik adalah soal kemauan. Cina seolah membuktikan bahwa tak ada yang mustahil untuk diraih selagi ada kemauan kuat untuk mewujudkannya.

Benar, gempa besar Sichuan sempat menggoyahkan kepercayaan diri Pemerintah dan rakyat Cina untuk terus menggelar olimpiade ini. Juga benar bahwa dampak sosial dan ekonomi akibat gempa tersebut belum sepenuhnya bisa dipulihkan dalam tiga bulan.

Tetap menggelar olimpiade, bahkan dengan pembukaan yang spektakuler, sama sekali tak menunjukkan bahwa Pemerintah Cina tak peka terhadap penderitaan rakyatnya. Justru harus dipahami sebagai bukti kuatnya komitmen Pemerintah Cina terhadap olahraga dan citra negara.

Lewat kesemarakan Olimpiade Beijing, mereka justru “melampaui dua-tiga pulau sekaligus”. Mereka sukses memperbaiki citra negatif Cina di mata dunia sekaligus berhasil mengetuk hati jutaan warga dunia untuk ikut memperhatikan nasib para korban gempa.

Terbukti, salah satu perusahaan elektronik raksasa negeri itu menyiapkan paket bonus istimewa. Untuk setiap emas yang diraih atlet Cina, satu sekolah akan dibangun.

Satu bangunan sekolah memang tak cukup untuk menghibur jutaan warga Sichuan yang jadi korban. Namun itu adalah simbol kemauan kuat rakyat Cina untuk bangkit dari keterpurukan dan menjadi raksasa baru di dunia olahraga.

Saya pun jadi teringat pesan Rasul, tuntutlah ilmu hingga ke negeri Cina. Semoga saja para pengambil kebijakan di negeri kita belajar dari Olimpiade Beijing ini. Sehingga kelak mereka pun memiliki komitmen dan kemauan politik yang kuat terhadap kemajuan olahraga kita. ***

(Tulisan ini pernah dimuat di TopSkor, edisi 11 Agustus 2008)

Tidak ada komentar: