Rabu, September 17, 2008

Salut untuk Ketegasan Komdis dan Pengurus PSM

AKHIRNYA, hari ini, Komisi Disiplin (Komdis) PSSI menjatuhkan hukuman atas kasus kerusuhan di Stadion Mattoanging Andi Mattalatta, Senin (15/9) malam lalu. Komdis menjatuhkan hukuman lumayan berat kepada suporter PSM Makassar berupa larangan memasuki stadion-stadion di seluruh Indonesia dengan menggunakan atribut perkumpulan mereka selama satu tahun.

Bukan hanya itu. Tim PSM sendiri juga dihukum menggelar dua laga berikutnya tanpa penonton. Mereka masih harus membayar denda Rp 20 juta dan berkewajiban memperbaiki fasilitas-fasilitas stadion yang rusak.

Hukuman itu, menurut Ketua Komdis PSSI Hinca Pandjaitan, terkait kerusuhan pada laga PSM versus Persela Lamongan dalam lanjutan Liga Super Indonesia. Merujuk Pasal 73 dan 74 Ayat 1 Kode Disiplin, panitia pelaksana di Makassar dianggap gagal melakukan tugasnya menjaga ketertiban dan keamanan sehingga layak dijatuhi hukuman.

Sebenarnya tak hanya kasus PSM versus Persela yang disidangkan oleh Komdis kali ini. Masih ada lagi kasus kerusuhan pada laga Arema Malang versus PKT Bontang di Malang, 13 September lalu. Juga kasus kekerasan yang dilakukan kiper Persiwa, Timotius Mote, saat menghadapi Pelita Jaya di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung. Mote terbukti menanduk kepala striker Pelita Jaya, Rudi Widodo, pada laga tersebut.

Namun, tak bisa dimungkiri, kerusuhan di Makassar yang paling menyedot perhatian. Tak hanya karena skala kerusuhannya yang tergolong serius. Antara lain, diwarnai aksi saling lempar antara petugas pertandingan dan aparat keamanan melawan para perusuh. Bahkan, kabarnya, aksi pengejaran terhadap para perusuh dilakukan hingga keluar kawasan stadion.

Lebih dari itu, kasus ini juga terbilang “sensitif” karena melibat PSM. Selama ini, ada anggapan kuat bahwa “Tim Ayam Jantan” mendapat perlakuan dan perlindungan khusus karena sejumlah pengurus teras PSSI dan BLI punya ikatan emosional yang kental dengan tim asal Sulawesi Selatan itu.

Komdis telah memupus stigma negatif itu dengan keputusannya yang terbilang tegas dan berani terhadap PSM dan suporternya. Untuk itu, rasanya kita perlu angkat jempol untuk ketegasan sikap Komdis kali ini.

Namun saya juga merasa perlu angkat jempol untuk pengurus PSM. Bayangkan, sebelum Komdis menjatuhkan vonisnya, pengurus PSM bahkan sudah menyiapkan diri untuk terusir dari Mattoanging. Mereka langsung menunjuk Stadion Sempaja di Samarinda sebagai kandang usirannya.

Dengan tegas, pengurus PSM juga menyatakan tak akan menentang vonis Komdis terhadap para pendukungnya. “Kami tidak akan membela. Kalaupun BLI menghukum suporter, biarlah. Hukuman itu juga sebagai bagian dari tindakan anarkis mereka,” kata Nurmal Idrus, Asisten Manajer PSM Bidang Humas.

Alangkah indahnya jika semua pelaku sepak bola Indonesia bisa sebijak Nurmal dalam menyikapi persoalan seperti ini. Ketimbang “kasak-kusuk” melobi pengurus PSSI atau membela diri sekenanya, ia memilih bersikap legawa dan melihat sisi positif sanksi dari Komdis untuk masa depan PSM yang lebih baik.

Sikap Nurmal –mewakili pengurus PSM lainnya, tentu— itulah yang membuat Komdis lebih leluasa mengadili kerusuhan di Makassar. Secara tak langsung, itu juga membuka ruang bagi terciptanya konsistensi penegakan hukum dan aturan main di jagat sepak bola Indonesia yang biasanya penuh nuansa abu-abu.

Salut buat Anda, Bung Nurmal, dan para pengurus teras PSM lainnya! Terus tumbuhkan sikap profesional seperti ini agar sepak bola Indonesia lebih cepat maju dan dewasa. *

1 komentar:

dave_liem mengatakan...

sudah selayaknya dan sepantasnya...
kita ngomong singkatan "komdis" yg artinya komisi disiplin, maka sudah seharunya mereka bisa menegakkan kedisiplinan di persepakbolaan indonesia
sepakbola indonesia saat ini saja masih dipandang rendah oleh mata dunia gara2 kasus ketum'nya, maka dari itu kita harus bisa membangun kembali cita yg jelek tsb
bbrp kali komdis dalam menjatuhkan sanksi selalu "kalah hawa" lawan tim2 besar, dan hal itu TIDAK BOLEH TERJADI LAGI
baik yg bermasalah tim kuat nan kaya raya, ataupun tim lemah dg uang sedikit pula, harus sama keadilannya...!!!