Selasa, September 02, 2008

Awal yang Sulit bagi Tim-tim Favorit

PEKAN perdana kompetisi Seri A dan La Liga, akhir pekan lalu, menghadirkan nuansa yang seragam. Di luar dugaan, tim-tim unggulan seolah “kompak” bertumbangan. Hanya juara bertahan Seri A, Inter Milan, yang bisa dibilang “selamat” dengan menahan imbang tuan rumah Sampdoria, 1-1.

AC Milan yang dianggap sebagai pesaing terberat Inter di kancah Seri A musim ini baru bisa sekadar tampil atraktif. Kegagalan memanfaatkan banyak peluang yang mereka peroleh akhirnya harus dibayar mahal dengan menyerah 1-2 kepada tim tamu Bologna yang baru promosi dari Seri B. Sangat memalukan bagi Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi –pemilik saham mayoritas Milan— yang sengaja nonton langsung di Stadion San Siro.

Di ajang La Liga, juara bertahan Real Madrid yang tampil cukup mengesankan selama pramusim juga langsung keok. “Los Blancos” kalah 1-2 di kandang Deportivo La Coruna, Stadion Riazor, yang memang sering jadi “momok” bagi mereka.

Begitu pula Thierry Henry dan kawan-kawan yang merupakan pesaing abadi Madrid. Setelah dikalahkan Wisla Krakow di kualifikasi Liga Champions, Barcelona kembali kalah dari tim gurem Numancia. Sungguh debut yang tidak mengenakkan bagi pelatih baru Josep Guardiola. Apalagi Numancia tampil sebagai tim promosi musim ini.

Rentetan fakta mengejutkan ini membuat kita bertanya-tanya. Ada apa dengan para favorit itu? Mengapa mereka tak bisa langsung “panas” pada partai pembuka musim ini?

Ternyata cukup beragam problematika yang dihadapi masing-masing tim unggulan itu. Jika Milan mengeluhkan kurangnya keberuntungan, pasukan Barca dianggap belum sepenuhnya padu, maka pelatih Madrid merasa terganggu oleh operasi transfer –terutama kepindahan Robinho— yang tak kunjung tuntas.

Namun, satu hal yang pasti, terlalu gegabah menghapus tim-tim ini dari daftar kandidat juara hanya karena kalah pada laga pertama. Seperti dikatakan Jose Mourinho, pelatih Inter, kompetisi ini seperti maraton –bukan adu sprint. Awal yang baik jelas dibutuhkan untuk mengangkat moral dan kepercayaan diri. Namun, lebih dari itu, dibutuhkan stamina yang panjang untuk mengarungi kompetisi hingga sembilan bulan ke depan. Selain itu, juga dibutuhkan performa yang konsisten dari pekan ke pekan.

Nah, tim sekelas Milan, Barca, atau Madrid punya kesanggupan memenuhi persyaratan itu dengan skuatnya yang besar dan materi pemain di atas rata-rata. Itulah kelebihan paling signifikan yang membedakan mereka dengan tim-tim kecil dan medioker. Sehingga, pada akhir musim nanti, jangan kaget jika tim-tim favorit itu tetap mendominasi posisi-posisi terhormat. *

1 komentar:

Gaga mengatakan...

Bung Kus, terima kasih sudah mampir dan memberi comment. hehehe.
Ini dia fenomena di awal musim ini. Tim2 besar koq pada loyo ya. Apa karena belum padunya kerja sama tim dengan pemain2 baru? hmm.
Oh iya Bung, saya dulu sempat kerja praktek di Tabloid Soccer, salah satu saingan harian anda. Saat ini saya masih kuliah di Universitas Pelita Harapan, dan berharap suatu saat nanti ada mata kuliah baru bertajuk Sport Journalism. hehehe.

cao.