Rabu, September 03, 2008

Bursa Transfer Pemain Kembali Bergairah

DRAMA di bursa transfer pemain musim kompetisi 2008/2009 mencapai puncaknya. Menjelang batas akhir, Senin (1/9) tengah malam, kesibukan melanda hampir semua liga besar di Eropa. Puncaknya ditandai dengan tumbangnya rekor pembelian pemain temahal di Liga Primer.

Adalah Robinho yang menumbangkan rekor transfer Andriy Shevchenko yang bernilai 46,5 juta euro –saat dibeli Chelsea dari AC Milan, dua musim lalu. Dari Real Madrid, ia terbang ke Manchester City dengan rekor baru transfer Liga Primer sebesar 49 juta euro.

Hampir saja rekor Shevchenko ditumbangkan oleh dua pemain sekaligus. “Sayang”, negosiasi antara Tottenham Hotspur dan Manchester United soal Dimitar Berbatov akhirnya mentok di angka 46,4 juta euro saja.

Kegairahan itu tak hanya terjadi di Inggris. Di Italia, setelah empat tahun tiarap usai “gempa” Calciopoli, transaksi jual-beli pemain di Seri A mencatat total angka yang cukup spektakuler, hampir 450 juta euro. Angka itu setara dengan total belanja klub-klub Seri A selama empat musim sebelumnya.

AC Milan yang jadi “bintang” dengan operasi transfernya yang fenomenal. Mereka membuat persaingan di Seri A semakin menarik dengan merekrut megabintang Ronaldinho dari Barcelona dan Shevchenko dari Chelsea. Sebuah isyarat kuat bahwa Milan ingin “balas dendam” setelah terpuruk di urutan kelima pada musim lalu.

Kompetisi La Liga pun tak kalah semarak. Barca merogoh kocek 36 juta euro untuk menggiring Daniel Alves serta Seydou Keita dari Sevilla, Aleksandr Hleb dari Arsenal, dan Martin Caceres dari Villarreal. Ini juga menggambarkan keseriusan Barca mencegah saingan berat mereka, Real Madrid, menjuarai La Liga untuk ketiga kalinya secara beruntun.

Dari perspektif kita sebagai penggemar siaran langsung sepak bola Eropa, fenomena bergairahnya kembali bursa transfer pemain ini jelas sesuatu yang positif. Bergairahnya bursa transfer membuat perputaran pemain bintang jadi lebih aktif sehingga kompetisi pun jadi semakin menarik untuk diikuti.

Agar menarik dan mengundang minat publik, kompetisi sebaiknya memang bersifat dinamis. Ia tak boleh statis, apalagi kaku. Kalau juaranya itu-itu saja, kompetisi akan cepat membosankan. Apalagi kalau pemainnya juga itu-itu terus, maka penonton akan semakin enggan datang ke stadion atau sekadar nonton melalui layar kaca. *

Tidak ada komentar: