Senin, November 17, 2008

“Peran Makelele” untuk Arsenal

ADA ribuan bahkan mungkin jutaan kalimat yang pernah dikutip pers dari Florentino Perez selama era kepemimpinannya di Real Madrid pada 2000-2006. Sebuah era yang akan selalu dikenang sebagai salah satu periode keemasan Madrid dengan konsep “galacticos”-nya.

Namun, bagi saya, ada sejumput kecil pernyataannya yang begitu melekat dan sulit hilang dari ingatan. Kalimat-kalimat itu diutarakannya menanggapi kepergian gelandang Claude Makelele ke Chelsea menjelang musim 2003/2004. Setelah Madrid menampik permohonan kenaikan gaji yang diajukan gelandang asal Prancis itu.

“Kami tak akan kehilangan Makelele. Teknik bermainnya hanya rata-rata, ia juga tak punya kecepatan dan
skill untuk melewati pemain lawan. Hampir 90 persen umpannya hanya terarah ke belakang atau samping. Ia pun tak pernah menyundul bola dan sangat jarang mengirim umpan lebih dari tiga meter. Para pemain muda akan datang dan Makelele akan terlupakan.”

Ya, para pemain muda kemudian memang datang dan menjadi anggota skuat baru “Los Merengues”. Namun benarkah Makelele kemudian terlupakan?

Ternyata, tidak sama sekali. Kepindahan ke London tak membuat karier Makelele terpuruk. Sebaliknya, ia menjadi salah satu kunci kebangkitan Chelsea sebagai kekuatan baru di Eropa. Ia ikut membawa “The Blues” dua kali juara Liga Primer, meraih tiga trofi domestik, dan mencapai final Liga Champions musim lalu.

Sebaliknya, sepeninggal Makelele, Madrid justru mengalami era kemunduran. Kedatangan si ganteng David Beckham hanya memperbanyak penjualan kostum. Tapi gagal membantu Madrid mempertahankan –apalagi meningkatkan— performanya.

Saat itulah, banyak pelaku dan pengamat sepak bola mulai menyadari akan pentingnya peran yang dimainkan Makelele untuk tim. Ia mengemban tugas tak populer –bahkan mungkin membosankan— sebagai orang yang selalu teguh berdiri di batas tipis antara zona serangan dan zona pertahanan.

Saat tim kehilangan bola, para pemain belakang serentak mundur seraya berharap Makelele menahan laju serangan atau bahkan merebut bola dari kaki lawan. Sebaliknya, saat tim berbalik menyerang dan semua pemain berebut memasuki pertahanan lawan, mereka juga berharap Makelele yang menjemput bola dari lini pertahanan dan mengantarkannya ke depan.

Itulah fungsi yang sekarang banyak ditafsirkan secara sederhana sebagai peran gelandang bertahan. Meskipun ada juga yang menyebutnya dengan istilah lain: gelandang jangkar, libero midfielder, atau –menurut Rafael Benitez, pelatih Liverpool— holding midfielder.

Apapun namanya, yang jelas, Makelele telah memberi penafsiran baru tentang keragaman fungsi dalam permainan. Ia begitu sukses melakoni sebuah fungsi yang mulanya dianggap sebelah mata namun kini justru sangat disegani. Fungsi itu oleh banyak pihak kini akrab disebut “peran Makelele”.

Liverpool berani membayar 18,6 juta pound untuk mendapatkan Javier Mascherano yang melakoni peran Makelele di Anfield. John Obi Mikel yang kini menggantikan tugas Makelele di Chelsea, juga harus ditebus 16 juta pound dari Lyn Oslo.

Nah, peran Makelele itulah yang kini jadi “missing link” di Arsenal. Makanya, meski bertabur pemain dengan talenta hebat, permainan “The Gunners” cenderung labil. Bisa main luar biasa untuk membungkam Manchester United, tapi kemudian tak berdaya menghadapi Aston Villa.

Arsenal beruntung punya gelandang brilian Cesc Fabregas. Tapi umpan terobosan dan visi bermainnya yang luar biasa itu kini tersia-siakan oleh kesibukan membantu pertahanan yang tak bisa dijalani dengan baik oleh Denilson atau Alexandre Song Billong. Tanpa bola-bola maut dari Fabregas, ketajaman Emmanuel Adebayor pun jadi berkurang.

Arsene Wenger mungkin tak bermaksud mengulangi arogansi Perez ketika membiarkan Mathieu Flamini dan Gilberto Silva hengkang pada akhir musim lalu. Tapi, jika ia tak cepat menyadari absennya “peran Makelele” dalam timnya, “Sang Profesor” mungkin bisa senasib dengan Perez –terdepak dari Stadion Emirates. ***

(Tulisan ini pernah dimuat TopSkor edisi 17 November 2008)

Tidak ada komentar: